Rabu, 17 Desember 2014

Santo Pelindung Santo Konstantinus Agung



            Santo Pelindung, Sto. Konstantinus Agung
Gaius Flavius Valerius Aurelius Constantinus (lahir 27 Februari 272 – meninggal 22 Mei 337 pada umur 65 tahun), yang lazim dikenal sebagai Konstantinus I, KonstantinusAgung adalah seorang Kaisar Romawi, yang dinyatakan sebagai Augustus oleh pasukan-pasukannya pada 25 Juli 306 dan yang memerintah atas bagian Kekaisaran Romawi yang terus-menerus berkembang hingga kematiannya.Konstantinus paling diingat pada masa kini untuk Edik Milano pada 313, yang sepenuhnya melegalisasi agama Kristen di seluruh Kekaisaran, untuk pertama kalinya, dan dia juga berperan dalam Konsili Nicea pada 325. Tindakan-tindakannya ini dianggap sebagai faktor-faktor penting dalam penyebaran agama Kristen. Reputasinya sebagai "Kaisar Kristen pertama" telah dikemukakan oleh sejarahwan dari Lactantius dan Eusebius dari Kaisaria hingga pada masa kini. Namun dalam perkembangan jaman, dan perpecahan Gereja, Jasa besar yang telah dilakukan Konstantinus seolah-olah tidak berarti dan pribadinya dituding dengan sebuah tuduhan dari kaum Kristen modern sebagai tokoh yang merubah hari Sabat. Tuduhan perubahan Sabat ini sering dikait-kaitkan dengan sebuah Edik (Undang-undang) yang beliau keluarkan, yaitu sering disebut oleh para penuduh sebagai Edik Konstantinus.
Mari kita bahas Edik Konstantinus ini dengan melihat sejarah perjuangan St.Konstantinus.Jika kita lihat pribadi beliau sebagai seorang Raja kerajaan Roma yang mayoritas penduduknya menganut paham paganisme (bertuhankan banyak Dewa) maka beliau haruslah mengambil kebijaksanaan yang dapat mengayomi mayoritas penduduk Roma dan juga dapat melindungi sahabat-sahabatnya seiman yang telah membawa dia kepada Yesus Kristus Tuhan kita.Bayangkan jika kita bawa peristiwa masa itu, seperti di Negara kita Indonesia jaman sekarang ini, ketika penduduk mayoritas adalah Muslim, tentu saja segala kebijaksanaan hukum haruslah dipertimbangkan dengan berbagai faktor,salah satunya adalah agama mayoritas yang dianut oleh Negara ini yaitu Muslim.Coba kita bayangkan jika Indonesia dipimpin seorang Presiden Kristen lalu kemudian menetapkan hukum yang merobohkan iman mayoritas penduduk, dan mengkristenkan segala hukum-hukum di Negara Indonesia ini. Saya yakin presiden yang demikian akan ditendang oleh Senat (DPR – MPR) dan mungkin malah akan diamuk masa.

Dengan berbekal perumpamaan di atas, saya ingin membawa pemahamannya kepada kasus Edik Konstantinus, memperlakukan Pribadi Konstantinus sebagai pemimpin Negara, karena memang demikianlah sebagaimana mestinya, karena beliau bukanlah pemimpin agama.Di dalam Edik Milano yaitu Edik yang melegalisasi agama Kristen diterima sebagai agama Negara, St. Konstantinus menunjukkan sikap untuk saling menghargai antar umat beragama, baik Kristen yang baru berkembang dari masa penganiayaan di kerajaannya dan Paganisme yang adalah agama mayoritas saat itu. Dengan membuat Edik Milano, Konstantinus dapat meyakinkan senat dan rakyat bahwa semua keyakinan di fasilitasi di negaranya, dan tidak kemudian merobohkan keyakinan Kerajaan Roma sebelumnya yaitu paganisme yang saat itu masih banyak dianut oleh rakyat Roma.Dalam posisinya sebagai kepala Negara, beliau tetap memberikan kewenangan kepada Gereja untuk mengatur segala urusan Gerejawi, sebagaimana kitab suci katakan (Titus 1 : 7) bahwa yang berhak mengatur Gereja adalah Penilik Jemaat (Episkop) dan bukan kaisar, dan ketika terjadinya pertentangan

iman di tubuh jemaat maka para Penilik Jemaat berkumpul untuk mengadakan Konsili Kudus sesuai dengan teladan kitab suci (Kis 15).
Di masa pemerintahannya pula kita dapat lihat bahwa antara ketetapan Negara dan ketetapan iman diambil oleh pihak yang berkewajiban untuk menetapkannya,oleh karenanya ketika kita berbicara mengenai ketetapan iman, maka di jaman pemerintahannya, Para Penilik Jemaat (Episkop) beberapa kali mengadakan konsili, dan salah satu konsili yang paling terkenal adalah Konsili Nicea pada tahun 325 yang menghasilkan Syahadat Gereja yang masih terjaga hingga sekarang.Adalah sesuatu yang tidak bijaksana jika kita mengkait-kaitkan Undang-undang Negara Romawi yang ditetapkan kaisar Konstantinus untuk mengatur negaranya dengan ketetapan iman Gereja Kristus. Dalam hal ini saya ingin katakan bahwa para penuduh Kristen modern sekarang mencampur-adukkan kebijaksanaan politik Negara dan ketetapan iman.Kembali ke permasalahan Edik Konstantinus. Demikianlah bunyi Edik yang ditetapkan Konstantinus sebagai Kepala Negara Kerajaan Roma pada tahun 321M. Dalam undang-undang Negara romawi yang ditetapkan oleh raja Konstantinus ini, kita dapat melihat bahwa beliau memfasilitasi rakyatnya yang masih banyak beragama paganisme untuk beribadah pada hari yang disebut hari Sang Matahari. Dari bunyi hukum ini jelas ditujukan tidak untuk umat Kristiani, karena menggunakan istilah paganisme. Jika memang ini ditujukan untuk umat Kristen seperti yang dituduhkan, maka seharusnya menggunakan istilah Kristen, mungkin disebut “One the Venerable day of Christ" 
Oleh : Konstansius Liam Sulung
NPM: 140801552
Fakultas: Teknobiologi, Atma Jaya University of D.I.Yogyakarta
FB: Constansius Liam
Twitter: @Liam_Tant
 










Analisis Kuantitatif Campuran Pb dan Cu




I.                   PENDAHULUAN

A.    Judul Percobaan
Analisis Kuantitatif Campuran Pb dan Cu

B.     Tujuan Percobaan
1.      Mengetahui metode yang digunakan dalam penentuan kadar ion Pb dan Cu dalam sampel
2.      Dapat menentukan kadar ion Pb dan Cu dalam sampel














II.                METODE

A.    Alat dan Bahan
a.       Alat
1.      Gelas beker
2.      Erlenmeyer
3.      Propipet
4.      Pipet tetes
5.      Buret
6.      Gelas pengaduk
7.      Kompor gas
8.      Oven
9.      Timbangan analitik
10.  Cawan porselin
11.  Eksikator
12.  Corong
13.  Gelas ukur

b.      Bahan
1.      Kertas saring
2.      Aquades
3.      Larutan H2SO4 4 N
4.      Larutan cuplikan
5.      Alkohol
6.      Larutan Na2S2O3 0,1 N
7.      Indikator KI 20 %
8.      Idikator amilum 1 %

B.     Cara Kerja
1.      Perhitungan kadar Pb
Sebanyak 50 ml larutan cuplikan diambil menggunkan gelas ukur kemudian dituangkan kedalam kegelas beker. Larutan tersebut kemudian dipanaskan diatas kompor gas hingga mendidih. Setelah mendidih larutan diangkat dan dan ditambahkan dengan larutan H2SO4 dengan konsentrasi 4 N sebanyak 20 ml diaduk dan didinginkan. Larutan tersebut didiam kurang lebih selama 10 menit,kemudian kertas saring ditimbang (W1)  menggunakan timbangan analitik kemudian larutan H2SO4 disaring menggunkancorong dan kertas saring, filtrat yang terbentuk ditampung pada erlenmeyer. Endapan yang terdapat dikertas saring dan digelas beker dicuci dengan 25 ml alkohol lalu disaring lagi,pencucian diulangi dua kali.
Kertas saring yang berisi endapan tersebut kemudian dimasukkan kedalam cawan porselin dan dimasukkan kedalam ovenkurang leboh 30 menitdengan suhi 1050 C. Setelah endapan kering,cawan poselin dikeluarkan dari oven kemudian dipindahkan kedalam eksikator selama 10 menit. Kertas yang berisi endapan kering tadi ditimbang kembali (W2)  menggunakan timbangan analitik,sehingga memperoleh massa endapan dengan cara mengurangi berat kertas saring yang yang terdapat endapan dengan berat kertas saring tanpa endapan . Kemudian kadar Pb dihitung dengan rumus Pb(%)= 100/50 x 207,2/303 x Endapan (gr) / (W1-W2) X 100 %
2.      Perhitungan kadar Cu
Fitltrat yang tertampung didalam erlenmeyer pada praktikum perhitungan kadar Pb ditambahkan dengan aquades sebanyak 50 ml, KI 20 % sebanyak 10 ml, dan larutan H2SO4 sebanyak 10 ml. Campuran tersebut kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi kuning keruh. Kemudian ditambahakan dengan indikator amilum 1 % sebanyak 1 ml. Dititrasi kembali sampai warna biru hilang, volume total Na2S2O3 yang digunkan dicatat dan kadar Cu dihitung dengan rumus: 100/50 x V/100 x N x 63,5 x 100 %.

III.             HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Tabel Hasil
Tabel 1. Pengamatan Pb
No
Perubahan
Sebelum
Sesudah
Kadar Pb
1
Warna
Biru
Biru
48,5 %
2
Endapan
Banyak
Banyak
3
Kertas saring
0,412 gram
0,767 gram

            Tabel 2. Pengamatan Cu
No
Perubahan
Sebelum
Sesudah
Kadar Cu
1
Volume
0
19 ml
24,13%
2
Warna fitrat
Biru jernih
Coklat keruh
3
Warna fitrat + amilum 1%
Coklat kehitaman keruh
Putih kecoklatan

B.     Pembahasan
Analisis kimia terdiri dari dua yaitu analisa kimia kualitatif dan kuantitatif. Analisa kimia ialah jenis analisa yang dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang terdapat pada sampel uji baik secara kuantitatif. Analisisi kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunkan untuk mengenali atau mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa kimia (anion atau kation) yang terdapat dalam sebuah sampel berdasarkan sifat kimia dan fisikanya(Syukri, 1999).
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi dimana hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk menentukan ke arah mana reaksi berjalan. Contoh: reaksi redoks, reaksi asam-basa, kompleks dan reaksi pengendapan. Sedang analisis berdasarkan sifat fisikanya dapat diamati langsung secara organoleptis,seperti bau, warna ,terbentuknya gelembung gas atau endapan yang merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya (Syukri,1999).
Analisa kuantitatif merupakan suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat. Analisa kuantitatif berkaitan dang penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagaian kecil atau sebagian sampel yang dianalisis. Analisis kuantitaif secara garis besar terdiri dari 2 yaitu analisis kuantitatif instrumental yang merupakan metode analisis bahan-bahan kimia yang menggunakan alat-alat instrumen, dan analisa kimia konvensional( Day dan Underwood,1981).
Metode gravimetri adalah suatu metoda analisa secara kuantitatif yang berdasarkan pada prinsip penimbangan. Metode gravimetri merupakan metoda absolut ( primer) yang digunkan untuk mengetahui kadar suatu zat berdasarkan persenyawaan murni yang hilang dan yang terbentuk. Langkah pengukuran pada cara gravimetri adalah pengukuran berat, analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dari solvennya. Pengendapan merupakan teknik yang secara luas digunakan untuk memisahkan analit gangguan-gangguan (Day dan Underwood, 1981).
Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisa volumetri biasa disebut juga sebagai analisis titrimetri atau titrasi yang diukur adalah volume larutan yang diketahui konsentrasinya dengan pasti yang disebut sebagai titran , dan diperlakukan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tepat volume titrat (analit) atau sejumlah berat zat yang akan ditentukan. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya( David G. Watson,2005).
Analisa titrimetri atau volumetri adalah analisa kuantitatif dengan mengukur volume larutan yang konsentrasinya diketahui dengan pasti yang diperlukan untuk titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Salah satu contoh dari volumetri adalah titrasi dimana analit direaksikan dengan suatu zat pereaksi sedemikian rupa sehingga jumlah zat-zat yang direaksi itu ekuivalen satu sama lain atau tepat saling menghasilkan sehingga tidak ada sisa (David G. Watson,2005).
Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri secara oksidimetri dan reduksimetri melalui proses titrasi. Iodimetri terbagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Iodimetri secara langsung merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat. Iodimetri secara tidak langsung merupakan analisa titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II. Zat- zat ini akan meoksidasi iodida yang ditambah membentuk iodin. Iodin yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat(Regina Tutik,2008).
Fungsi dari perlakuan berikut adalah, pemanasan larutan cuplikan dengan tujuan untuk menambahkan kelarutan larutan. Penambahan H2SO4 pada larutan cuplikan berfungsi untuk agar larutan tersebut membentuk suatu endapan PbSO4. Kertas saring yang digunakan dalam penyaringan larutan tersebut berfungsi untuk memisahkan larutan cuplikan yang sudah ditambah H2SO4 dari endapan. Penggojogan dengan menggunakan alkohol berfungsi sebagai larutan pencuci untuk mengurangi kelarutan dari emdapan serta sebagai pembilas dan untuk mencegah terjadiya kontaminasi dengan zat lain. Sedangkan pengovenan kertas saring untuk menguapkan air yang terdapat diendapan supaya kering dan eksikator berfungsi untuk menyerap uapa air yang tersisa.
Penetapan kadar Pb menggunakan analisis gravimetri yang mengukur bobot suatu zat yang telah direaksikan menjadi senyawa lain yang beratnya dapat ditentukan. Prinsip kerja yang digunakan dalam percobaan adalah Pb dalam sampel diendapkan sebagai PbSO4. Endapan mungkin mengandung air akibat adsobsi oklusi, penyerapan dan hidrasi. Sesuai dengan hasil pengamatan pada Pb diperoleh hasinyanya, warna awal berwarna biru setelah dilakukan penyaringan warnanya tetap menjadi biru. Endapan yang terdapat pada kertas saring awal dan setelah dikeringkan tetap sama banyaknya. Sedangkan berat kertas awal 0,412 gram dan berat kertas saring yang terdapat endapan 0,767 gram dengan kadar Pb sebanyak 48,5 %.
Penambahan KI 20 % berfungsi untuk mengikat Cu2+  yang terdapat dalam filtrat menjadi CuI2 yang akan terurai dan melepas iodium. Penambahan aquades dengan tujuan untuk mengencerkan larutan, larutan dititrasikan dengan Na2S2O3 berfungsi untuk mengubah warna larutan menjadi kuning muda keruh yang dilepaskan pada reaksi sebelumnya.
Untuk penentuan kadar Cu dalam larutan campuran dilakukan secara volumetri dan titrasi. Jenis titrasi yang digunakan adalah titrasi iodimetri (titrasi I2 bebas dalam larutan standar Na2S2O3 ). Filtrasi ini hasil analisis Pb ditampung dalam erlenmeyer ,ditambah dengan aquades, KI 20% dan H2SO4 4 N. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai berwarna kuning muda keruh kemudian ditambah dengan indikator amilum dan dititrasi kembali hingga warna biru menjadi coklat kehitaman keruh. Kadar Cu yang terbentuk adalah 24,13 % sehingga membentuk reaksi sebagai berikut:
Cu2+ + 2I-               Cu2
2CuI2           Cu2I2 + I2 (coklat)
I2+2 Na2S2O3        2 NaI+ Na2S4O6
      Analisa volumetri Cu (II) dikerjakan dengan mereaksikan Cu (III) tersebut dengan iodida             menghasilkan CuI2 menurut persamaan
Cu2+(aq) + 2I-(aq) = CuI2(aq)  senyawa ini terurai menjadi CuI2(aq)  sambil melepaskan iodium (I2) menurut persamaan 2 CuI2(aq) = Cu2I2(aq) + I2 (aq).
Titrasi yang digunkan adalah titrasi redoks dengan pemakaian iodium sebagai reaksi redoks. Setelah campuran berwarna kuning muda keruh amilum 1 %,ditambah kedalam campuran. Indikator amilum digunakan untuk menekan iodida pada konsentrasi < 10-5 . Amilum digunakan untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Indikator tidak ditambahkan sebelum titrasi karena amilum memebentuk kompleks amilum-iodium yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, sehingga biasanya ditambahkan pada saat mendekati titi ekuivalen( Khopar,2003).

           









IV.             KESIMPULAN

1.      Metode yang digunakan untuk menentukan kadar ion Pb adalah metode gravimetri,sedangkan metode yang digunakan untuk menetukan kadar ion Cu adalah metode volumetri. Prinsispnya dalah mereaksikan zat yang akan ditentukan dengan zat lain yang konsentrasinya telah diketahui.
2.      Kadar ion Pb dalam sampel adalah 48,5 % sedangkan kadar ion Cu dalam sampel adalah 23,13%.















                                    DAFTAR PUSTAKA

Day,R.A., dan Underwood,A.L.1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
            Jakarta.
Khopar,S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press,
 Jakarta.
Syukri.1999. Kimia Dasar. Jilid 2. ITB, Bandung.
Tutik,R. 2008. Titrasi Iodometri. Jurnal FMIPA Kimia. 2 (2): 2-4
Watson,G.D. 2005. Analisis Farmasi.Edisi 2. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.























                                    LAMPIRAN


1.      Kadar Cu

Kadar Cu        = 100 x 19   x 0,1 x 63,5 x 100 %                                                                                       50      1000
                        = 2 x 0,019 x 0,1 x 63,5 x 100%
                        =24,13 %
2.      Kadar Pb
Kadar Pb         =100 x 207,2 x (berat endapan) 100%                                                                             50    303,2
                        = 2 x 0,683 x 0,355 x 100%
                        =48,52 %
Catatan: berat edapan             = W1- W2 = 0,767- 0,412 = 0,355