I.
PENDAHULUAN
A. Judul
Penetapan Golongan Darah ABO
B. Tujuan
1. Mengetahui
berbagai macam golongan darah menurut sistem ABO
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Darah adalah cairan yang terdapat pada
hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti
oksigen (O2), bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari
serangan kuman, dll. Darah dianggap sebagai semacam modifikasi jaringan ikat,
karena unsur selnya banyak dipisahkan oleh banyak “substansi intrasel”, dan
karena beberapa selnya mempunyai persamaan dengan sel dalam jaringan ikat
sejati. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya
sistem transfomasi dengan darah (Campbell,2003).
Darah merupakan unit fungsional seluler pada
manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologius. Darah terdiri dari 2
kompone, yakni plasma darah dan sel-sel darah. Banyaknya volume darah yang
beredar di dalam tubuh manusia 8% dari berat badan atau sekitar 5600 cc pada
orang yang berbobot tubuhnya 70 kg. Dari 5600 cc darah tersebut sekitar 55%
adalah plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah (Watterbury,1998).
Menurut Sumardjo (2009), fungsi-fungsi
darah dalam tubuh sebagai berikut:
1. Alat
transfor berbagai bahan kimia, seperti transfor (a) zat makan ang diserap dalam
usus ke jaringan-jaringan yang membutuhkannya; (b) zat sampah atau buangan
produk metabolisme dari seluruh jaringan ke alat-alat ekskretori; (c) oksigen
(O2) dari paru-paru kejaringan; (d) karbon dioksida (CO2)
dari jaringan ke paru-paru; (e) zat pengatur atau hormon dari sumbernya
(kelenjar endokrin) ke bagian tubuh tertentu.
2. Benteng
pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan benda asing oleh sel darah putih
dan antibodi yang beredar.
3. Pengatur,
misalnya mengatur (a) stabilitas suhu tubuh, yaitu dengan penyebaran panas
badan; (b) keseimbangan antara cairan darah dan cairan jaringan; dan (c)
pemeliharaan kesetimbangan asam-basa dalam tubuh.
Menurut Guyton (1994), dalam tubuh
manusia ada 4 golongan darah yaitu sebagai berikut:
1. Golongan
darah A: hanya memiliki aglutinogen tipe A
2. Golongan
darah B: hanya memiliki aglutinogen tipe B
3. Golongan
darah AB: memiliki 2 aglutinogen yakni tipe A dan tipe B
4. Golongan
darah O: tidak memiliki aglitinogen baik tipe A maupun tipe B
Menurut Sloane (2003), penggolongan darah
rhesus (Rh) pertama kali ditemukan oleh Landsteiner dan weiner yang menggunakan
hewan jenis kera. Orang ini yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus
positif (Rh+), sedangkan yang tidak memiliki antigen rhesus
dinamakan rhesus negatif (Rh-). Sistem ini dikendalikan oleh gen
dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh.
Sistem ini berbeda dengan sistem
golongan ABO. Dimana individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh
dalam plasmanya.Sistem rhesus ini dalam tranfusi darah juga harus diperhatikan.
Apabila golongan darah Rh+ maka tidak boleh digunakan sebagia donor untuk
golongan darah Rh-, karena bisa terjadi aglutinasi (penggumpalan). Pada kasus
lain, jika seorang ibu yang memiliki golongan darah Rh- kemudian mengandung bayi
dengan golongan darah Rh+, maka sel darah bayi akan rusak dan menyebabkan
penyakit bawaan, yaitu penyakit kuning atau eritoblastosis fetalis (Sloane,
2003).
Menurut Sloane (2003) Aglutinogen
merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di sel darah
merah,tatapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testis,
dan semen. Aglutinogen dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Aglutinogen A yang memiliki enzim glikosil transferase
yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
2.
Aglutinogen B yang memiliki enzim galaktosa pada
rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinin adalah substansi yang menyebabkan
aglutinasi sel, misalnya antibodi.
Antibodi adalah protein
protein-protein globular yang dikodekan oleh gen-gen yang spesifik. Antibodi
juga dikenal sebagai imunoglobulin karena karakteristik globularnya, juga
karena keterkaitan dengan respons imun. Antibodi tersusun atas empat rantai
polipeptida (Fried dan Hademenos, 1999).
Menurut Basyir (2010),
Salah satu cara untuk menentukan jenis golongan darah manusia adalah dengan
menggunakan sistem A, B, dan O. Dilakukan dengan cara memberikan antiserum A
dan antiserum B pada sampel darah serta membandingkan keduanya. Misalnya, orang
dengan tipe darah A akan memiliki antigen pada permukaan sel darah merah
mereka. Akibatnya, anti-A antibodi tidak akan dihasilkan oleh mereka karena
mereka akan menyebabkan kerusakan darah mereka sendiri. Namun, jika darah tipe
B disuntikkan ke dalam sistem mereka, anti-B antibodi dalam plasma mereka akan
mengenalinya sebagai asing dan agglutinate meledak atau sel darah merah yang
diperkenalkan dalam rangka untuk membersihkan darah dari protein asing.
Bagi orang dengan
jenis darah O tidak menghasilkan antigen ABO. Oleh karena itu, darah mereka biasanya
tidak akan ditolak ketika ia diberikan kepada orang lain dengan berbagai tipe
ABO. Sebagai hasilnya, golongan darah O tidak mengalami proses aglutinasi dan
bersifat universal donor untuk transfusi, tapi mereka hanya dapat menerima
jenis darah O sendiri. Mereka yang memiliki tipe darah AB tidak membuat
antibodi ABO. Darah mereka tidak membedakan jenis darah ABO lainnya. Akibatnya,
mereka bersifat universal receiver untuk transfusi, tetapi darah mereka akan
agglutinated jika diberikan kepada orang lain dengan golongan darah yang
berbeda, karena mereka menghasilkan kedua jenis antigen. Pada Tabel 1 di bawah
diperlihatkan proses penggumpalan (aglutinasi) pada sampel darah dari tiap-tiap
antiserum (Basyir,2010).
Tabel 1. Proses penggumpalan (aglutinasi) darah (Sumber:
Basyir, 2010).
Golongan Darah
|
Serum
|
|
Anti A
|
Anti B
|
|
O
|
Tidak menggumpal
|
Tidak menggumpal
|
A
|
Menggumpal
|
Tidak menggumpal
|
B
|
Tidak menggumpal
|
Menggumpal
|
AB
|
Menggumpal
|
Menggumpal
|
Menurut
Sloane (2003), serum Anti- A dan Serum Anti-B yakni sebagai berikut:
1.
Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes
darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A).
2.
Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi pada tetes
darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B).
3.
Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan
aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan
darah AB).
4.
Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak menyebabkan
aglutinasi, individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
Reaksi aglutinasi adalah reaksi yang
terlihat sebagai reaksi penggumpalan darah yang berarti positif. Menguji darah
yang sama tidak akan terjadi aglutinasi bila dicampurkan dengan antibodi
antigen anti-B, yang menunjukan bukan golongan darah B (James dkk,2008).
Eritoblastosis fetalis merupakan
komplikasi hemolitik karena rhesus (Rh) isomunisasi, dimana ibu yang mengandung
mempunyai rhesus negatif, sedangkan suaminya mempunyai rhesus positif (Manuaba,
2000).
III.
METODE
PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan antara lain jarum lancet, autoclick, kertas uji, kapas, tusuk
gigi. Bahan-bahan yang digunakan antara lain darah, serum anti-A, serum anti-B
dan alkohol 70%.
B. Cara Kerja
Jari probandus dibersihkan dengan
kapas dan alkohol 70%, lalu jari probandus ditusuk dengan jarum lancet dalam
autoclick. Darah probandus ditetes pada kertas golongan darah, kemudian serum
anti-A dan serum anti-B diteteskan pada kertas golongan darah. Lalu, darah dan
serum Anti-A dan B diaduk hingga rata dengan tusuk gigi. Kemudian golongan
darah ditentukan.
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, diketahui golongan darah probandus sebagai berikut:
Tabel 1.
Penetapan golongan darah ABO
Probandus
|
Serum
|
Aglutinogen
|
Aglutinin
|
Golongan darah
|
|
Anti-A
|
Anti-B
|
||||
1
|
+
|
+
|
AB
|
-
|
AB
|
2
|
-
|
+
|
B
|
Α
|
B
|
3
|
+
|
+
|
A
|
Β
|
A
|
4
|
-
|
-
|
-
|
α & β
|
O
|
5
|
-
|
-
|
-
|
α & β
|
O
|
6
|
+
|
-
|
A
|
Β
|
A
|
7
|
-
|
+
|
B
|
Α
|
B
|
Keterangan: (+) menggumpal, (-) tidak menggumpal
Pada
praktikum digunakan sistem ABO, dimana probandus dari setiap kelompok
dibersihkan jarinya dengan kapas dan alkohol 70% agar membunuh kuman yang
mungkin terdapat pada jari probandus, sehingga tidak terjadi kontaminasi.
Kemudian, jari probandus ditusuk dengan jarum lancet yang sudah dimasukkan
delam autoclick. Penggunaan alat ini di gunakan untuk mempermudah dalam
mengeluarkan darah. Lalu darah probandus yang sudah keluar di teteskan pada
kertas uji, yang berfungsi untuk mengetahui golongan darah probandus.
Darah probandus yang telah
diteteskan pada kertas uji, diteteskan serum Anti A dan serum B, serum itu
berfungsi sebagai antibodi. Serum anti A dan B diteteskan dikertas uji tetapi
jangan menyatu dengan darah. Hal ini bertujuan agar aglutinasi tidak terjadi
terlalu cepat, sehingga lebih mudah diamati. Setelah itu, darah yang sudah di
teteskan serum anti A dan B di aduk dengan menggunakan tusuk gigi agar bila
aglutinasi terjadi, artinya ada reaksi imun dimana antibodi bereaksi. Setelah
darah terjadi aglutinasi catat golongan darah yang telah diketahui.
Pada darah probandus yang pertama
menggumpal dengan serum anti-A maupun serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan
bahwa probandus memiliki aglutinogen (antigen) A dan B tetapi tidak memiliki
aglutinini (antibodi), dan golongan darah probandus pertama adalah AB. Darah
probandus yang kedua dan ketujuh tidak menggumpal dengan serum anti-A, tetapi
menggumpal dengan serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus
memiliki aglutinogen (antigen) B dan memiliki aglutinini (antibodi) α, dan
golongan darah probandus kedua dan ketujuh adalah B.
Darah probandus yang ketiga dan
keenam menggumpal dengan serum anti-A, tetapi tidak menggumpal dengan serum
anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus memiliki aglutinogen
(antigen) A dan memiliki aglutinini (antibodi) β, dan golongan darah probandus
ketiga dan keenam adalah A. Darah probandus yang keempat dan kelima tidak
menggumpal dengan serum anti-A dan tidak menggumpal juga dengan serum
anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus tidak memiliki aglutinogen
(antigen) dan memiliki aglutinini
(antibodi) α dan β, dan golongan darah probandus keempat dan kelima adalah O.
Reaksi aglutinasi adalah reaksi yang
terlihat sebagai reaksi penggumpalan darah yang berarti positif. Menguji darah
yang sama tidak akan terjadi aglutinasi bila dicampurkan dengan antibodi
antigen anti-B, yang menunjukan bukan golongan darah B (James dkk,2008).
Menurut Guyton (1994),
dalam tubuh manusia ada 4 golongan darah yaitu sebagai berikut:
1. Golongan
darah A: hanya memiliki aglutinogen tipe A
2. Golongan
darah B: hanya memiliki aglutinogen tipe B
3. Golongan
darah AB: memiliki 2 aglutinogen yakni tipe A dan tipe B
4. Golongan
darah O: tidak memiliki aglitinogen baik tipe A maupun tipe B
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Golongan
darah A adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen (antigen) A dan
aglutinin (antibodi) B, serta dapat menggumpal dengan dengan anti serum-A.
Golongan darah B adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen (antigen) B
dan aglutinin (antigen) A, serta dapat menggumpal dengan serum anti-B. Golongan
darah AB adalah golongan darah yang
memiliki aglutinogen (antigen) baik A maupun B tetapi tidak memiliki
aglutinin (antibodi) A dan B serta dapat menggumpal dengan serum anti-A maupun
serum anti-B. Golongan darah O adalah golongan darah yang tidak memiliki
aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) serta tidak dapat menggumpal
dengan anti serum-A dan anti serum-B.
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, M. 2010. Penggunaan Sensor
Elektronik Untuk Penentuan Golongan Darah. Jurnal
Litek. 7 (2): 93-96
Campbell.
2003. Biologi. Edisi ke-5. Jilid III. Erlangga,
Jakarta.
Fried, G. H.,dan Hademenos, G. J.
1999. Schaum’s Outline Biologi. Edisi Ke-2.
Erlangga, Jakarta.
Guyton, A. C. 1994. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Edisi ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta.
James, J., Baker, C., dan Swain, H.
2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk
Keperwatan. Erlangga, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2000. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Geologi.
Edisi Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi Pemula. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Watterbury, L. 1998. Hematologi.
Edisi Ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.