Kamis, 29 Oktober 2015

Laporan Fisiologi Hewan Pengolongan Darah ABO

I.                   PENDAHULUAN

A.  Judul
Penetapan Golongan Darah ABO

B.  Tujuan
1.      Mengetahui berbagai macam golongan darah menurut sistem ABO


II.                TINJAUAN PUSTAKA

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti oksigen (O2), bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dll. Darah dianggap sebagai semacam modifikasi jaringan ikat, karena unsur selnya banyak dipisahkan oleh banyak “substansi intrasel”, dan karena beberapa selnya mempunyai persamaan dengan sel dalam jaringan ikat sejati. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transfomasi dengan darah (Campbell,2003).
Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologius. Darah terdiri dari 2 kompone, yakni plasma darah dan sel-sel darah. Banyaknya volume darah yang beredar di dalam tubuh manusia 8% dari berat badan atau sekitar 5600 cc pada orang yang berbobot tubuhnya 70 kg. Dari 5600 cc darah tersebut sekitar 55% adalah plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah (Watterbury,1998).
Menurut Sumardjo (2009), fungsi-fungsi darah dalam tubuh sebagai berikut:
1.    Alat transfor berbagai bahan kimia, seperti transfor (a) zat makan ang diserap dalam usus ke jaringan-jaringan yang membutuhkannya; (b) zat sampah atau buangan produk metabolisme dari seluruh jaringan ke alat-alat ekskretori; (c) oksigen (O2) dari paru-paru kejaringan; (d) karbon dioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru; (e) zat pengatur atau hormon dari sumbernya (kelenjar endokrin) ke bagian tubuh tertentu.
2.    Benteng pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan benda asing oleh sel darah putih dan antibodi yang beredar.
3.    Pengatur, misalnya mengatur (a) stabilitas suhu tubuh, yaitu dengan penyebaran panas badan; (b) keseimbangan antara cairan darah dan cairan jaringan; dan (c) pemeliharaan kesetimbangan asam-basa dalam tubuh.
Menurut Guyton (1994), dalam tubuh manusia ada 4 golongan darah yaitu sebagai berikut:
1.    Golongan darah A: hanya memiliki aglutinogen tipe A
2.    Golongan darah B: hanya memiliki aglutinogen tipe B
3.    Golongan darah AB: memiliki 2 aglutinogen yakni tipe A dan tipe B
4.    Golongan darah O: tidak memiliki aglitinogen baik tipe A maupun tipe B
Menurut Sloane (2003), penggolongan darah rhesus (Rh) pertama kali ditemukan oleh Landsteiner dan weiner yang menggunakan hewan jenis kera. Orang ini yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+), sedangkan yang tidak memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus negatif (Rh-). Sistem ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh.
Sistem ini berbeda dengan sistem golongan ABO. Dimana individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.Sistem rhesus ini dalam tranfusi darah juga harus diperhatikan. Apabila golongan darah Rh+ maka tidak boleh digunakan sebagia donor untuk golongan darah Rh-, karena bisa terjadi aglutinasi (penggumpalan). Pada kasus lain, jika seorang ibu yang memiliki golongan darah Rh- kemudian mengandung bayi dengan golongan darah Rh+, maka sel darah bayi akan rusak dan menyebabkan penyakit bawaan, yaitu penyakit kuning atau eritoblastosis fetalis (Sloane, 2003).
Menurut Sloane (2003) Aglutinogen merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di sel darah merah,tatapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testis, dan semen. Aglutinogen dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.    Aglutinogen A yang memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
2.    Aglutinogen B yang memiliki enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinin adalah substansi yang menyebabkan aglutinasi sel, misalnya antibodi.
Antibodi adalah protein protein-protein globular yang dikodekan oleh gen-gen yang spesifik. Antibodi juga dikenal sebagai imunoglobulin karena karakteristik globularnya, juga karena keterkaitan dengan respons imun. Antibodi tersusun atas empat rantai polipeptida (Fried dan Hademenos, 1999).
Menurut Basyir (2010), Salah satu cara untuk menentukan jenis golongan darah manusia adalah dengan menggunakan sistem A, B, dan O. Dilakukan dengan cara memberikan antiserum A dan antiserum B pada sampel darah serta membandingkan keduanya. Misalnya, orang dengan tipe darah A akan memiliki antigen pada permukaan sel darah merah mereka. Akibatnya, anti-A antibodi tidak akan dihasilkan oleh mereka karena mereka akan menyebabkan kerusakan darah mereka sendiri. Namun, jika darah tipe B disuntikkan ke dalam sistem mereka, anti-B antibodi dalam plasma mereka akan mengenalinya sebagai asing dan agglutinate meledak atau sel darah merah yang diperkenalkan dalam rangka untuk membersihkan darah dari protein asing.
Bagi orang dengan jenis darah O tidak menghasilkan antigen ABO. Oleh karena itu, darah mereka biasanya tidak akan ditolak ketika ia diberikan kepada orang lain dengan berbagai tipe ABO. Sebagai hasilnya, golongan darah O tidak mengalami proses aglutinasi dan bersifat universal donor untuk transfusi, tapi mereka hanya dapat menerima jenis darah O sendiri. Mereka yang memiliki tipe darah AB tidak membuat antibodi ABO. Darah mereka tidak membedakan jenis darah ABO lainnya. Akibatnya, mereka bersifat universal receiver untuk transfusi, tetapi darah mereka akan agglutinated jika diberikan kepada orang lain dengan golongan darah yang berbeda, karena mereka menghasilkan kedua jenis antigen. Pada Tabel 1 di bawah diperlihatkan proses penggumpalan (aglutinasi) pada sampel darah dari tiap-tiap antiserum (Basyir,2010).
Tabel 1. Proses penggumpalan (aglutinasi) darah (Sumber: Basyir, 2010).
Golongan Darah
Serum
Anti A
Anti B
O
Tidak menggumpal
Tidak menggumpal
A
Menggumpal
Tidak menggumpal
B
Tidak menggumpal
Menggumpal
AB
Menggumpal
Menggumpal

            Menurut Sloane (2003), serum Anti- A dan Serum Anti-B yakni sebagai berikut:
1.    Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A).
2.    Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B).
3.    Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).
4.    Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak menyebabkan aglutinasi, individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
Reaksi aglutinasi adalah reaksi yang terlihat sebagai reaksi penggumpalan darah yang berarti positif. Menguji darah yang sama tidak akan terjadi aglutinasi bila dicampurkan dengan antibodi antigen anti-B, yang menunjukan bukan golongan darah B (James dkk,2008).
Eritoblastosis fetalis merupakan komplikasi hemolitik karena rhesus (Rh) isomunisasi, dimana ibu yang mengandung mempunyai rhesus negatif, sedangkan suaminya mempunyai rhesus positif (Manuaba, 2000).



III.             METODE PERCOBAAN

A.  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain jarum lancet, autoclick, kertas uji, kapas, tusuk gigi. Bahan-bahan yang digunakan antara lain darah, serum anti-A, serum anti-B dan alkohol 70%.

B.  Cara Kerja
Jari probandus dibersihkan dengan kapas dan alkohol 70%, lalu jari probandus ditusuk dengan jarum lancet dalam autoclick. Darah probandus ditetes pada kertas golongan darah, kemudian serum anti-A dan serum anti-B diteteskan pada kertas golongan darah. Lalu, darah dan serum Anti-A dan B diaduk hingga rata dengan tusuk gigi. Kemudian golongan darah ditentukan.




IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui golongan darah probandus sebagai berikut:
Tabel 1. Penetapan golongan darah ABO
Probandus
Serum
Aglutinogen
Aglutinin
Golongan darah
Anti-A
Anti-B
1
+
+
AB
-
AB
2
-
+
B
Α
B
3
+
+
A
Β
A
4
-
-
-
α & β
O
5
-
-
-
α & β
O
6
+
-
A
Β
A
7
-
+
B
Α
B
Keterangan:  (+) menggumpal, (-) tidak menggumpal

            Pada praktikum digunakan sistem ABO, dimana probandus dari setiap kelompok dibersihkan jarinya dengan kapas dan alkohol 70% agar membunuh kuman yang mungkin terdapat pada jari probandus, sehingga tidak terjadi kontaminasi. Kemudian, jari probandus ditusuk dengan jarum lancet yang sudah dimasukkan delam autoclick. Penggunaan alat ini di gunakan untuk mempermudah dalam mengeluarkan darah. Lalu darah probandus yang sudah keluar di teteskan pada kertas uji, yang berfungsi untuk mengetahui golongan darah probandus.
Darah probandus yang telah diteteskan pada kertas uji, diteteskan serum Anti A dan serum B, serum itu berfungsi sebagai antibodi. Serum anti A dan B diteteskan dikertas uji tetapi jangan menyatu dengan darah. Hal ini bertujuan agar aglutinasi tidak terjadi terlalu cepat, sehingga lebih mudah diamati. Setelah itu, darah yang sudah di teteskan serum anti A dan B di aduk dengan menggunakan tusuk gigi agar bila aglutinasi terjadi, artinya ada reaksi imun dimana antibodi bereaksi. Setelah darah terjadi aglutinasi catat golongan darah yang telah diketahui.
Pada darah probandus yang pertama menggumpal dengan serum anti-A maupun serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus memiliki aglutinogen (antigen) A dan B tetapi tidak memiliki aglutinini (antibodi), dan golongan darah probandus pertama adalah AB. Darah probandus yang kedua dan ketujuh tidak menggumpal dengan serum anti-A, tetapi menggumpal dengan serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus memiliki aglutinogen (antigen) B dan memiliki aglutinini (antibodi) α, dan golongan darah probandus kedua dan ketujuh adalah B.
Darah probandus yang ketiga dan keenam menggumpal dengan serum anti-A, tetapi tidak menggumpal dengan serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus memiliki aglutinogen (antigen) A dan memiliki aglutinini (antibodi) β, dan golongan darah probandus ketiga dan keenam adalah A. Darah probandus yang keempat dan kelima tidak menggumpal dengan serum anti-A dan tidak menggumpal juga dengan serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus tidak memiliki aglutinogen (antigen)  dan memiliki aglutinini (antibodi) α dan β, dan golongan darah probandus keempat  dan kelima adalah O.
Reaksi aglutinasi adalah reaksi yang terlihat sebagai reaksi penggumpalan darah yang berarti positif. Menguji darah yang sama tidak akan terjadi aglutinasi bila dicampurkan dengan antibodi antigen anti-B, yang menunjukan bukan golongan darah B (James dkk,2008).
Menurut Guyton (1994), dalam tubuh manusia ada 4 golongan darah yaitu sebagai berikut:
1.    Golongan darah A: hanya memiliki aglutinogen tipe A
2.    Golongan darah B: hanya memiliki aglutinogen tipe B
3.    Golongan darah AB: memiliki 2 aglutinogen yakni tipe A dan tipe B
4.    Golongan darah O: tidak memiliki aglitinogen baik tipe A maupun tipe B


V.                KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Golongan darah A adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen (antigen) A dan aglutinin (antibodi) B, serta dapat menggumpal dengan dengan anti serum-A. Golongan darah B adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen (antigen) B dan aglutinin (antigen) A, serta dapat menggumpal dengan serum anti-B. Golongan darah AB adalah golongan darah yang  memiliki aglutinogen (antigen) baik A maupun B tetapi tidak memiliki aglutinin (antibodi) A dan B serta dapat menggumpal dengan serum anti-A maupun serum anti-B. Golongan darah O adalah golongan darah yang tidak memiliki aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) serta tidak dapat menggumpal dengan anti serum-A dan anti serum-B.


DAFTAR PUSTAKA

Basyir, M. 2010. Penggunaan Sensor Elektronik Untuk Penentuan Golongan Darah. Jurnal Litek. 7 (2): 93-96
Campbell. 2003. Biologi. Edisi ke-5. Jilid III. Erlangga, Jakarta.
Fried, G. H.,dan Hademenos, G. J. 1999. Schaum’s Outline Biologi. Edisi Ke-2. Erlangga, Jakarta.
Guyton, A. C. 1994. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta.
James, J., Baker, C., dan Swain, H. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperwatan. Erlangga, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2000. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Geologi. Edisi Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Watterbury, L. 1998.  Hematologi. Edisi Ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.