Rabu, 04 November 2015

Teman

1 Tahun, 6 bulan sudah lamanya aku menetap dikota yang disebut sebagai kota pelajar (Yogyakarta). Banyak sekali hal yang aku dapati disini, mulai dari teman baru, aktivitas baru, yang pastinya semakin jauh dari orang tua. Tak banyak yang aku harus ceritakan namun, setidaknya inspirasiku sudah aku tuangkan disini, dari pada haru aku pendam. Pendam, kayak perasaan aja ya pake pendam ehehhee :D BAPER???. lanjut, kini tidak terasa aku sudah memasuki semster 3 dikuliah ku kali ini, bahkan semster tiga ini hampir rampung. Rasanya jika menoleh lagi kebelakang 1,6 bulan disini sangat singkat. rasanya seperti kemarin datang ke Jogja, cari kost sendiri hanya bermodalkan niat dan benar benar ingin menuntut ilmu disini, rasanya baru kemarin ospek, baru kemarin pertama masuk kuliah. Tetapi, ternyata waktu begitu berlalu bergitu cepat. Banyak sekali, hal hal baru yang aku dapati disini seperti teman bahkan sudah aku anggap sebagai saudara yang setiap hari kemana mana selalu sepaket bareng mereka. Seperti Kevin, Cicil, Aye, Evi, Sara, Bindo, Citra, Mbak Fris , Valdi, dan Sarah. Mereka itu menurut ku sangat luarbiasa, sahabat yang sangat sangat tak bernilai harganya. bagi kita tak ada lagi namanya saling sembunyikan hal sekecil apa pun, kita selalu terbuka satu sama lain. Itulah alasannya aku sangat sayang sama mereka. Walau disemster tiga ini kita mulai sibuk dengan laporan yang 1 minggu hampir 6 laporan sekali gus, jika dilihat lihat laporan sebanyak itu tidak ada waktu untuk bernafas, bahkan kita juga sekarang jadi jarang ngumpul bareng, apa lagi dari kita seksi acara si Oppa VALDI sudah move on ke Jakarta lantaran tidak kuat di Teknobiologi. pasti kita sebagai teman, sahabat bahkan sekaligus ibaratkan keluarganya sangat mendukung keputusannya walau, kita sendiri merasakan kehilangan. buat kalian sahabat ku, keluarga ku , aku hanya ingin mengatakan hanya kalian lah yang aku percaya hanya kalian yang aku milki di Jogja kali ini. Berharap tidak ada namanya bagi kita mantan sahabat dan aku harapkan agar kita selalu kayak gini. memiliki kalian tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata, aku tidak bisa mengatakan bagaimana bahagianya jika dirasakan. jika diingat ingat dari mana sih datangnya kalian sampai kita bisa bareng terus, kumpul terus dan bisa temanan terus. bahkan dari pertama masuk kuliah aku tidak kenal siapa kalian dan jujur, aku bahkan tidak mau peduli siapa kalian. tapi semakin kesini aku semakin perduli karena aku tahu hanya kalianlah keluarga ku saat ini.


sekian: Liam
Love You Guys :*

Kamis, 29 Oktober 2015

Laporan Fisiologi Hewan Pengolongan Darah ABO

I.                   PENDAHULUAN

A.  Judul
Penetapan Golongan Darah ABO

B.  Tujuan
1.      Mengetahui berbagai macam golongan darah menurut sistem ABO


II.                TINJAUAN PUSTAKA

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti oksigen (O2), bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dll. Darah dianggap sebagai semacam modifikasi jaringan ikat, karena unsur selnya banyak dipisahkan oleh banyak “substansi intrasel”, dan karena beberapa selnya mempunyai persamaan dengan sel dalam jaringan ikat sejati. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transfomasi dengan darah (Campbell,2003).
Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologius. Darah terdiri dari 2 kompone, yakni plasma darah dan sel-sel darah. Banyaknya volume darah yang beredar di dalam tubuh manusia 8% dari berat badan atau sekitar 5600 cc pada orang yang berbobot tubuhnya 70 kg. Dari 5600 cc darah tersebut sekitar 55% adalah plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah (Watterbury,1998).
Menurut Sumardjo (2009), fungsi-fungsi darah dalam tubuh sebagai berikut:
1.    Alat transfor berbagai bahan kimia, seperti transfor (a) zat makan ang diserap dalam usus ke jaringan-jaringan yang membutuhkannya; (b) zat sampah atau buangan produk metabolisme dari seluruh jaringan ke alat-alat ekskretori; (c) oksigen (O2) dari paru-paru kejaringan; (d) karbon dioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru; (e) zat pengatur atau hormon dari sumbernya (kelenjar endokrin) ke bagian tubuh tertentu.
2.    Benteng pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan benda asing oleh sel darah putih dan antibodi yang beredar.
3.    Pengatur, misalnya mengatur (a) stabilitas suhu tubuh, yaitu dengan penyebaran panas badan; (b) keseimbangan antara cairan darah dan cairan jaringan; dan (c) pemeliharaan kesetimbangan asam-basa dalam tubuh.
Menurut Guyton (1994), dalam tubuh manusia ada 4 golongan darah yaitu sebagai berikut:
1.    Golongan darah A: hanya memiliki aglutinogen tipe A
2.    Golongan darah B: hanya memiliki aglutinogen tipe B
3.    Golongan darah AB: memiliki 2 aglutinogen yakni tipe A dan tipe B
4.    Golongan darah O: tidak memiliki aglitinogen baik tipe A maupun tipe B
Menurut Sloane (2003), penggolongan darah rhesus (Rh) pertama kali ditemukan oleh Landsteiner dan weiner yang menggunakan hewan jenis kera. Orang ini yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+), sedangkan yang tidak memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus negatif (Rh-). Sistem ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh.
Sistem ini berbeda dengan sistem golongan ABO. Dimana individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.Sistem rhesus ini dalam tranfusi darah juga harus diperhatikan. Apabila golongan darah Rh+ maka tidak boleh digunakan sebagia donor untuk golongan darah Rh-, karena bisa terjadi aglutinasi (penggumpalan). Pada kasus lain, jika seorang ibu yang memiliki golongan darah Rh- kemudian mengandung bayi dengan golongan darah Rh+, maka sel darah bayi akan rusak dan menyebabkan penyakit bawaan, yaitu penyakit kuning atau eritoblastosis fetalis (Sloane, 2003).
Menurut Sloane (2003) Aglutinogen merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di sel darah merah,tatapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testis, dan semen. Aglutinogen dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.    Aglutinogen A yang memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
2.    Aglutinogen B yang memiliki enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinin adalah substansi yang menyebabkan aglutinasi sel, misalnya antibodi.
Antibodi adalah protein protein-protein globular yang dikodekan oleh gen-gen yang spesifik. Antibodi juga dikenal sebagai imunoglobulin karena karakteristik globularnya, juga karena keterkaitan dengan respons imun. Antibodi tersusun atas empat rantai polipeptida (Fried dan Hademenos, 1999).
Menurut Basyir (2010), Salah satu cara untuk menentukan jenis golongan darah manusia adalah dengan menggunakan sistem A, B, dan O. Dilakukan dengan cara memberikan antiserum A dan antiserum B pada sampel darah serta membandingkan keduanya. Misalnya, orang dengan tipe darah A akan memiliki antigen pada permukaan sel darah merah mereka. Akibatnya, anti-A antibodi tidak akan dihasilkan oleh mereka karena mereka akan menyebabkan kerusakan darah mereka sendiri. Namun, jika darah tipe B disuntikkan ke dalam sistem mereka, anti-B antibodi dalam plasma mereka akan mengenalinya sebagai asing dan agglutinate meledak atau sel darah merah yang diperkenalkan dalam rangka untuk membersihkan darah dari protein asing.
Bagi orang dengan jenis darah O tidak menghasilkan antigen ABO. Oleh karena itu, darah mereka biasanya tidak akan ditolak ketika ia diberikan kepada orang lain dengan berbagai tipe ABO. Sebagai hasilnya, golongan darah O tidak mengalami proses aglutinasi dan bersifat universal donor untuk transfusi, tapi mereka hanya dapat menerima jenis darah O sendiri. Mereka yang memiliki tipe darah AB tidak membuat antibodi ABO. Darah mereka tidak membedakan jenis darah ABO lainnya. Akibatnya, mereka bersifat universal receiver untuk transfusi, tetapi darah mereka akan agglutinated jika diberikan kepada orang lain dengan golongan darah yang berbeda, karena mereka menghasilkan kedua jenis antigen. Pada Tabel 1 di bawah diperlihatkan proses penggumpalan (aglutinasi) pada sampel darah dari tiap-tiap antiserum (Basyir,2010).
Tabel 1. Proses penggumpalan (aglutinasi) darah (Sumber: Basyir, 2010).
Golongan Darah
Serum
Anti A
Anti B
O
Tidak menggumpal
Tidak menggumpal
A
Menggumpal
Tidak menggumpal
B
Tidak menggumpal
Menggumpal
AB
Menggumpal
Menggumpal

            Menurut Sloane (2003), serum Anti- A dan Serum Anti-B yakni sebagai berikut:
1.    Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A).
2.    Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B).
3.    Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).
4.    Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak menyebabkan aglutinasi, individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
Reaksi aglutinasi adalah reaksi yang terlihat sebagai reaksi penggumpalan darah yang berarti positif. Menguji darah yang sama tidak akan terjadi aglutinasi bila dicampurkan dengan antibodi antigen anti-B, yang menunjukan bukan golongan darah B (James dkk,2008).
Eritoblastosis fetalis merupakan komplikasi hemolitik karena rhesus (Rh) isomunisasi, dimana ibu yang mengandung mempunyai rhesus negatif, sedangkan suaminya mempunyai rhesus positif (Manuaba, 2000).



III.             METODE PERCOBAAN

A.  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain jarum lancet, autoclick, kertas uji, kapas, tusuk gigi. Bahan-bahan yang digunakan antara lain darah, serum anti-A, serum anti-B dan alkohol 70%.

B.  Cara Kerja
Jari probandus dibersihkan dengan kapas dan alkohol 70%, lalu jari probandus ditusuk dengan jarum lancet dalam autoclick. Darah probandus ditetes pada kertas golongan darah, kemudian serum anti-A dan serum anti-B diteteskan pada kertas golongan darah. Lalu, darah dan serum Anti-A dan B diaduk hingga rata dengan tusuk gigi. Kemudian golongan darah ditentukan.




IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui golongan darah probandus sebagai berikut:
Tabel 1. Penetapan golongan darah ABO
Probandus
Serum
Aglutinogen
Aglutinin
Golongan darah
Anti-A
Anti-B
1
+
+
AB
-
AB
2
-
+
B
Α
B
3
+
+
A
Î’
A
4
-
-
-
α & β
O
5
-
-
-
α & β
O
6
+
-
A
Î’
A
7
-
+
B
Α
B
Keterangan:  (+) menggumpal, (-) tidak menggumpal

            Pada praktikum digunakan sistem ABO, dimana probandus dari setiap kelompok dibersihkan jarinya dengan kapas dan alkohol 70% agar membunuh kuman yang mungkin terdapat pada jari probandus, sehingga tidak terjadi kontaminasi. Kemudian, jari probandus ditusuk dengan jarum lancet yang sudah dimasukkan delam autoclick. Penggunaan alat ini di gunakan untuk mempermudah dalam mengeluarkan darah. Lalu darah probandus yang sudah keluar di teteskan pada kertas uji, yang berfungsi untuk mengetahui golongan darah probandus.
Darah probandus yang telah diteteskan pada kertas uji, diteteskan serum Anti A dan serum B, serum itu berfungsi sebagai antibodi. Serum anti A dan B diteteskan dikertas uji tetapi jangan menyatu dengan darah. Hal ini bertujuan agar aglutinasi tidak terjadi terlalu cepat, sehingga lebih mudah diamati. Setelah itu, darah yang sudah di teteskan serum anti A dan B di aduk dengan menggunakan tusuk gigi agar bila aglutinasi terjadi, artinya ada reaksi imun dimana antibodi bereaksi. Setelah darah terjadi aglutinasi catat golongan darah yang telah diketahui.
Pada darah probandus yang pertama menggumpal dengan serum anti-A maupun serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus memiliki aglutinogen (antigen) A dan B tetapi tidak memiliki aglutinini (antibodi), dan golongan darah probandus pertama adalah AB. Darah probandus yang kedua dan ketujuh tidak menggumpal dengan serum anti-A, tetapi menggumpal dengan serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus memiliki aglutinogen (antigen) B dan memiliki aglutinini (antibodi) α, dan golongan darah probandus kedua dan ketujuh adalah B.
Darah probandus yang ketiga dan keenam menggumpal dengan serum anti-A, tetapi tidak menggumpal dengan serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus memiliki aglutinogen (antigen) A dan memiliki aglutinini (antibodi) β, dan golongan darah probandus ketiga dan keenam adalah A. Darah probandus yang keempat dan kelima tidak menggumpal dengan serum anti-A dan tidak menggumpal juga dengan serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus tidak memiliki aglutinogen (antigen)  dan memiliki aglutinini (antibodi) α dan β, dan golongan darah probandus keempat  dan kelima adalah O.
Reaksi aglutinasi adalah reaksi yang terlihat sebagai reaksi penggumpalan darah yang berarti positif. Menguji darah yang sama tidak akan terjadi aglutinasi bila dicampurkan dengan antibodi antigen anti-B, yang menunjukan bukan golongan darah B (James dkk,2008).
Menurut Guyton (1994), dalam tubuh manusia ada 4 golongan darah yaitu sebagai berikut:
1.    Golongan darah A: hanya memiliki aglutinogen tipe A
2.    Golongan darah B: hanya memiliki aglutinogen tipe B
3.    Golongan darah AB: memiliki 2 aglutinogen yakni tipe A dan tipe B
4.    Golongan darah O: tidak memiliki aglitinogen baik tipe A maupun tipe B


V.                KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Golongan darah A adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen (antigen) A dan aglutinin (antibodi) B, serta dapat menggumpal dengan dengan anti serum-A. Golongan darah B adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen (antigen) B dan aglutinin (antigen) A, serta dapat menggumpal dengan serum anti-B. Golongan darah AB adalah golongan darah yang  memiliki aglutinogen (antigen) baik A maupun B tetapi tidak memiliki aglutinin (antibodi) A dan B serta dapat menggumpal dengan serum anti-A maupun serum anti-B. Golongan darah O adalah golongan darah yang tidak memiliki aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) serta tidak dapat menggumpal dengan anti serum-A dan anti serum-B.


DAFTAR PUSTAKA

Basyir, M. 2010. Penggunaan Sensor Elektronik Untuk Penentuan Golongan Darah. Jurnal Litek. 7 (2): 93-96
Campbell. 2003. Biologi. Edisi ke-5. Jilid III. Erlangga, Jakarta.
Fried, G. H.,dan Hademenos, G. J. 1999. Schaum’s Outline Biologi. Edisi Ke-2. Erlangga, Jakarta.
Guyton, A. C. 1994. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta.
James, J., Baker, C., dan Swain, H. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperwatan. Erlangga, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2000. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Geologi. Edisi Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Watterbury, L. 1998.  Hematologi. Edisi Ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Minggu, 07 Juni 2015

Teori Sel (The Application of Conjoined Twins)

I.                    PENDAHULUAN
Biologi sel adalah cabang ilmu biologi yang memperlajari tentang sel. Sedangkan sel sendiri adalah kesatuan struktural dan fungsional makhluk hidup. Dengan adanya kesatuan struktural dan fungsional sel ini beberapa ahli biologi banyak memberikan teori-teori yang berhubungan dengan sel, yang didalamnya memberikan pengamatan dan penelitian. Diantara penelitian para ahli ini mereka mengajukan konsep bahwa makhluk hidup itu terdiri atas sel. Konsep yang diajukan tersebut menunjukkan bahwa sel merupakan satuan struktural makhluk hidup.
Dengan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam teori teori sel yang diungkapkan oleh beberapa para ahli yang selama ini sebagaian orang tidak mengetahuinya serta untuk mengetahuitentang teori biologi sel (struktur dan fungsi sel) dan juga mengetahui macam-macam sel berdasar keadaan inti dan juga mengetahui macam-macam sel berdasarkan keadaan kromosom dan fungsinya.
Pengertian Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil penyusun Mahluk Hidup. Definisi tentang pengertian sel tersebut mungkin sedikit sukar untuk dipahami, oleh karena itu definisi Sel dapat kita sederhanakan. Sel adalah satuan terkecil penyusun Mahluk Hidup. Tubuh kita (manusia) terdiri dari beribu-ribu atau bahkan berjuta sel-sel, begitu pula dengan Tumbuhan dan Hewan.
Sel berasal dari bahasa Latin “cella ” yang berarti ruangan berukuran kecil. Maka sel merupakan unit ( kesatuan zahra ) terkecil organisasi yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologi. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel, karena itulah sel dapat berfungsi secara autonomy asalkan kebutuhan hidupnya terpenuhi.Organime Multiseluler dan Organisme Uniseluler.
Dalam teori sel itu sediri ada dua teori yang mendasari yaitu teori klasik dan teori modern. Teori klasik mengatakan bahwa; semua organisme hidup itu disusun oleh satu sel atau banyak sel, sel itu sendiri merupakan unit dasar dari kehidupan dari suatu organisme, semua sel selalu berasal dari sel sebelumnya, sel merupakan kesatuan struktutral, fisiologi, dan organisme dalam makhluk hidup, sel mempertahankan keberadaan ganda pertama sebagai identitas yang berbeda dan kedua adalah sebuah blok bangunan dalam membangun organisme.
Teori modern hampir sama dengan teori klasik namun ada sedikit perbedaan. Teori modernmenyatakan bahwa sel merupakan unit dasar dari struktur dan fungsi dalam organisme hidup, semua sel berasal dari sel yang telah ada melalui proses pembelahan sel, aliran energi (metabolisme genetik DNA) yang berpindah dari sel ke sel selama proses pembelahan sel, pada dasarnya semua sel sama dengan komposisi di dalam spesies yang serupa, semua makhluk hidup dibangun oleh satu sel atau banyak sel, beberapa organisme yang terdiri dari hanya satu sel dikenal sebagai organisme uniseluler, sedang kan organisme lainnya bersifat multiseluler, yang terdiri dari jumlah sel, kegiatan organisme tergantung pada total aktivitas sel secara independen.
Teori – teori sel menurut beberapa para ahli:
1.      Menurut Robert Hooke ((1665), meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop. Robert Hooke melihat bahwa sayatan gabus tersebut tersusun atas ruangan-ruangan kecil. Hooke memberi nama ruangan-ruangan kecil tersebut dengan nama sel.
2.      Menurut Felix Dujardin (1835), ahli biologi berkebangsaan Prancis, menemukan bahwa banyak mikroorganisme yang tersusun atas satu sel saja. Dujardin juga mengamati bahwa bahan atau substansi dari semua sel hidup adalah sama.
3.      Menurut  Matthias Jakob Schleiden dan Theodor Schwann (1838), menyatakan bahwa semua tumbuhan tersusun atas sel-sel.Shcleiden dan Schwan kemudian menduga bahwa sel adalah komponen dasar dari seluruh makhluk hidup.
4.      Rudolf Virchow (1858),  seorang ahli biologi dari Jerman mengemukakan teori bahwa semua sel berasal dari sel lainnya melalui proses pembelahan.
5.      Menurut Rene Joachim Henri Dutroche (1776), bahwa sel bukan hanya unit struktural tetapi juga fisiologis. Henri Dutrochet juga mengemukakan Seluruh jaringan organik adalah sel bulat kecil yang disatukan oleh kekuatan adesif sedarhana. Dengan demikian, jaringan adalah kumpulan sel yang mengalami modifikasi.
6.      Menurut Max Schultze (1825) Ia menegaskan bahwa protoplasma merupakan dasar-dasar fisik kehidupan. Protoplasma merupakan tempat terjadinya proses hidup. sel merupakan kesatuan fungsional


II.                PEMBELAHAN SEL

Pembelahan sel adalah suatu proses yang membagi satu sel induk menjadi dua atau lebih sel anak.Pembelahan sel biasanya merupakan bagian kecil dari suatu siklus sel yang lebih besar. Pembelahan sel ada dua yaitu sebagai berikut:
a.       Pembelahan sel secara sempurna
1.      Mitosis
Proses pembelahan sel ini terjadi pada kebanyakan sel tubuh. Dalam mitosis 2 sel anak yang secara genetik identik dihasilkan dari satu sel induk tunggal. Sebelum pembelahan sel, replikasi DNA telah terjadi sehingga ada DNA jumlah ganda dan kromosom mengandung dua kromatid saudara identik. Mitosis dibagi menjadi beberapa tahap. Profase ditandai oleh pembentukkan spiral benang kromosom menjadi kumparan untuk membentuk kromosom yang dapat diidentifikasi secara mikroskopik: membran inti dan nukleolus menghilang dan benang mitosis terbentuk kumparan. Pada metafase, kromosom mendapat dan nampak jelas sebagai struktur tersendiri. Sentromer kromosom menempel pada pipamikro kumparan mitosis dan kromosom lurus di tengah sel sepanjang kumpran tersebut. Anafase ditandai oleh pembelahan kromosom sepanjang sumbu longitudinalnya membentuk 2 kromatid anakan dan perpindahan setiap kromatid pasangan menuju ujung sel yang berlawanan. Tolofase yang mengakhiri mitosis, ditandai oleh pembentukkan kembali membran inti dam nukleolus, dan duplikasi sentriolus serta pembelahan sitoplasma membentuk 2 sel anakan.
2.      Meosis
Meiosis terjadi melalui 2 tahap yaitu meosis I dan Meosis II. Tahap meisosis I terdiri atas profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I.Tahap meisosis II terdiri atas profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II. Pembelahan sel meskipun tahap meiosis mirip dengan mitosis, terdapat perbedaan besar pada perilaku kromosom dalam kedua proses tersebut. Dua tahap pembelahan meiosis menghasilkan empat sel haploid dari satu sel diploid. Pada pembelahan meisosis I terjadi pemisahan kromosom homolog ke dalam dua sel anak. Pembelahan meiosis II tidak diikuti oleh fase S pada interfase sehingga replikasi DNA dan duplikasi kromosom tidak terjadi pada kedua sel anak.

b.      Pembelahan tidak sempurna

Pembelahan tidak sempurna contohnya pada bayi kembar siam. Kembar siam adalah keadaan anak kembar di mana tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Kembar siam merupakan bentuk paling langka dari kembar lainnya, di perkirakan 1:200 dari kehamilan identik dan selalu identik. Kemungkinan untuk bertahan hidup serta tumbuh sangat sedikit karena kembar siam ini resiko nya sangat tinggi. Diagnois dini serta USG sangat berperan penting dalam hal ini.
Kembar siam di kalsifikasikan kedalam beberapa jenis yaitu:
·         Thorax ( thoracopagus ) merupakan dimana kedua tubuhnya menyatu di bagian dada.
·         Omphalopagus merupakan dimana kedua tubuh menyatu di bagian perut.
Pygopagus yang merupakan dimana kedua tubuh menyatu di bagian bokong atau pantat si bayi.
·         Ischiopagus merupakan dimana kedua tubuh bayi menyatu di bagian pelvin dan hanya memiliki satu organ kelamin.
·         Cephalopagus merupakan dimana kedua tubuh bayi menyatu di bagian tengkorak, biasanya di tipe ini ada bayi yang satu badan dan memiliki 2 kepala, dua badan dan hanya memiliki 1 tengkorak dan saling menyatu.
·         Rachipagus merupakan diaman kedua tubuh menyatu di bagian punggung.
Jenis kembar siam yang sering terjadi adalah thoracopagus dimana 19 % dari jenis lain sering terjadi. Tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan untuk kembar siam adalah sekitar 25 % dan sering terjadi pada jenis kelamin perempuan dengan perbandingan 3:1 , Dua teori telah diusulkan untuk menjelaskan pengamatan ini : proses X - inaktivasi tumpang tindih dengan waktu kembar monozigot dan dengan demikian dapat langsung berkontribusi pada pengembangan kembar monozigot , dan kariotipe XX dapat memberikan manfaat kelangsungan hidup. Dua teori yaitu; teori tradisional fisi dan teori fusi. Teori tradisional fisi mengatakan;di mana telur yang telah dibuahi membelah sebagian dan kembar siam mewakili tertunda pemisahan massa embrio setelah hari 12 pembuahan. Teori Fusi mengatakan; kembar siam terjadi setelah sel telur dibuahi dan terbagi menjadi 2. Ketika dua baru dipisahkan embrio kemudian berada di dekat satu sama lain, dan menempel pada sel lain dari jenis yang sama.
Ada beberapa penyebab terjadinya kembar siam sebagai berikut:
1.      Pada pembelahan pertama: diamnionik dimana rahim memiliki dua selaput ketuban, sedangkan dikorionik dimana rahim memiliki dua plasenta.
2.      pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat
3.      pada pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya satu, tapi bayi masih membelah dengan baik.
4.      Pada pembelahan keempat, rahim hanya memiliki 1 plasenta dan 1 selaput ketuban, kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Karena waktu pembelahannya terlalu lama, sel telur menjadi berdempet. Jadi, kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang pembelahannya lebih dari 13 hari.
Gambar 1. Kembar siam ( Pygoagus dan Ischiopagus).
Gambar 2. Kembar siam (Thoracopagus, Omphalopagus dan Rachiopagus).
Gambar 3. Kembar siam ( Thoracopagus).
Menurut seorang bidan ahli kandungan mengatakan ada beberapa tips mencegah kembar siam sebagai berikut:
1.      Cobalah Untuk Menghindari Obat-Obatan
Apabila seorang ibu hamil tidak memiliki keturunan kembar tetapi berkeinginan memiliki anak kembar, coba lah untuk menghindari obat obatan serta jamu-jamu tradisional karena hal tersebut dapat menyebabkan zigot didalam rahim gagal membelah dengan sempurna. Sebaiknya konsultasi terlebih dahulu ke dokter ahli kandungan.
2.       Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Saat Kehamilan
Tentu saja sebagai ibu hamil, seorang harus memenuhi kebutuhan nutrisi si janin agar dapat bertumbuh dengan baik, seperti mengomsumsi makanan yang sehat dan banyak kandungan gizi. Karena kesehatan sang janin sangatlah penting.
3.      Cobalah Untuk Kenal Dan Peka Dengan Tanda Kehamilan
8 dari 10 wanita hamil tidak mengenali tanda tanda kehamilan, sehingga mereka dengan mudah mengomsumsi obat obatan yang tidak baik untuk perkembangan sang janin, dan alangkah lebih baik konsultasi terlebih dahulu.


III.             PENUTUP
 Dari pembahasan diatas tentang teori sel serta aplikasi dalam bayi kembar siam (conjoined twins) dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Kembar siam merupakan jenis yang sangat langka dalam kembar lainya dengan perbandingan 1:200 dari kehamilan yang terjadi, dengan kategori bayi kembar dari yang lainnya kembar siam sangat beresiko tinggi karena untuk bertahan hidup dan tumbuh sangat minim.
2.      klasifikasi kembar siam adalah; thorax (thoracopagus), perut (omphalopagus) , sakrum (pygopagus), pelvis (ischiopagus), tengkorak (cephalopagus), dan punggung (rachipagus)
3.      pemisahan pada bayi kembar siam atau operasi untuk tetap tumbuh dan hidup dapat saja berlangsung dengan baik bahkan dapat di tentukan kedua bayi itu selamat tetapi dilihat jenis kembar siam tersebut. Kalau kembar siam jenis Cephalopagus dan Ischiopagus tentu saja sangat beresiko tinggi di karenakan keduanya memiliki organ yang bergabung menjadi satu. Seandainya dilakukan operasi harus di relakan antara salah satunya, bahkan bisa saja keduanya tidak selamat.
  

IV.             DAFTAR PUSTAKA
Yuwono, T. 2008. Biologi Molekuler. Erlangga, Jakarta.
Arvin, K. Behrman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Throcopagus Conjoined Twins: A Case Report. 2008. Surg, C. Rearch Journals About
Conjoined Twins. 35 (5): 45-62
Manuaba, G. B. Ida. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.