1 Tahun, 6 bulan sudah lamanya aku menetap dikota yang disebut sebagai kota pelajar (Yogyakarta). Banyak sekali hal yang aku dapati disini, mulai dari teman baru, aktivitas baru, yang pastinya semakin jauh dari orang tua. Tak banyak yang aku harus ceritakan namun, setidaknya inspirasiku sudah aku tuangkan disini, dari pada haru aku pendam. Pendam, kayak perasaan aja ya pake pendam ehehhee :D BAPER???. lanjut, kini tidak terasa aku sudah memasuki semster 3 dikuliah ku kali ini, bahkan semster tiga ini hampir rampung. Rasanya jika menoleh lagi kebelakang 1,6 bulan disini sangat singkat. rasanya seperti kemarin datang ke Jogja, cari kost sendiri hanya bermodalkan niat dan benar benar ingin menuntut ilmu disini, rasanya baru kemarin ospek, baru kemarin pertama masuk kuliah. Tetapi, ternyata waktu begitu berlalu bergitu cepat. Banyak sekali, hal hal baru yang aku dapati disini seperti teman bahkan sudah aku anggap sebagai saudara yang setiap hari kemana mana selalu sepaket bareng mereka. Seperti Kevin, Cicil, Aye, Evi, Sara, Bindo, Citra, Mbak Fris , Valdi, dan Sarah. Mereka itu menurut ku sangat luarbiasa, sahabat yang sangat sangat tak bernilai harganya. bagi kita tak ada lagi namanya saling sembunyikan hal sekecil apa pun, kita selalu terbuka satu sama lain. Itulah alasannya aku sangat sayang sama mereka. Walau disemster tiga ini kita mulai sibuk dengan laporan yang 1 minggu hampir 6 laporan sekali gus, jika dilihat lihat laporan sebanyak itu tidak ada waktu untuk bernafas, bahkan kita juga sekarang jadi jarang ngumpul bareng, apa lagi dari kita seksi acara si Oppa VALDI sudah move on ke Jakarta lantaran tidak kuat di Teknobiologi. pasti kita sebagai teman, sahabat bahkan sekaligus ibaratkan keluarganya sangat mendukung keputusannya walau, kita sendiri merasakan kehilangan. buat kalian sahabat ku, keluarga ku , aku hanya ingin mengatakan hanya kalian lah yang aku percaya hanya kalian yang aku milki di Jogja kali ini. Berharap tidak ada namanya bagi kita mantan sahabat dan aku harapkan agar kita selalu kayak gini. memiliki kalian tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata, aku tidak bisa mengatakan bagaimana bahagianya jika dirasakan. jika diingat ingat dari mana sih datangnya kalian sampai kita bisa bareng terus, kumpul terus dan bisa temanan terus. bahkan dari pertama masuk kuliah aku tidak kenal siapa kalian dan jujur, aku bahkan tidak mau peduli siapa kalian. tapi semakin kesini aku semakin perduli karena aku tahu hanya kalianlah keluarga ku saat ini.
sekian: Liam
Love You Guys :*
Rabu, 04 November 2015
Kamis, 29 Oktober 2015
Laporan Fisiologi Hewan Pengolongan Darah ABO
I.
PENDAHULUAN
A. Judul
Penetapan Golongan Darah ABO
B. Tujuan
1. Mengetahui
berbagai macam golongan darah menurut sistem ABO
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Darah adalah cairan yang terdapat pada
hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti
oksigen (O2), bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari
serangan kuman, dll. Darah dianggap sebagai semacam modifikasi jaringan ikat,
karena unsur selnya banyak dipisahkan oleh banyak “substansi intrasel”, dan
karena beberapa selnya mempunyai persamaan dengan sel dalam jaringan ikat
sejati. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya
sistem transfomasi dengan darah (Campbell,2003).
Darah merupakan unit fungsional seluler pada
manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologius. Darah terdiri dari 2
kompone, yakni plasma darah dan sel-sel darah. Banyaknya volume darah yang
beredar di dalam tubuh manusia 8% dari berat badan atau sekitar 5600 cc pada
orang yang berbobot tubuhnya 70 kg. Dari 5600 cc darah tersebut sekitar 55%
adalah plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah (Watterbury,1998).
Menurut Sumardjo (2009), fungsi-fungsi
darah dalam tubuh sebagai berikut:
1. Alat
transfor berbagai bahan kimia, seperti transfor (a) zat makan ang diserap dalam
usus ke jaringan-jaringan yang membutuhkannya; (b) zat sampah atau buangan
produk metabolisme dari seluruh jaringan ke alat-alat ekskretori; (c) oksigen
(O2) dari paru-paru kejaringan; (d) karbon dioksida (CO2)
dari jaringan ke paru-paru; (e) zat pengatur atau hormon dari sumbernya
(kelenjar endokrin) ke bagian tubuh tertentu.
2. Benteng
pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan benda asing oleh sel darah putih
dan antibodi yang beredar.
3. Pengatur,
misalnya mengatur (a) stabilitas suhu tubuh, yaitu dengan penyebaran panas
badan; (b) keseimbangan antara cairan darah dan cairan jaringan; dan (c)
pemeliharaan kesetimbangan asam-basa dalam tubuh.
Menurut Guyton (1994), dalam tubuh
manusia ada 4 golongan darah yaitu sebagai berikut:
1. Golongan
darah A: hanya memiliki aglutinogen tipe A
2. Golongan
darah B: hanya memiliki aglutinogen tipe B
3. Golongan
darah AB: memiliki 2 aglutinogen yakni tipe A dan tipe B
4. Golongan
darah O: tidak memiliki aglitinogen baik tipe A maupun tipe B
Menurut Sloane (2003), penggolongan darah
rhesus (Rh) pertama kali ditemukan oleh Landsteiner dan weiner yang menggunakan
hewan jenis kera. Orang ini yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus
positif (Rh+), sedangkan yang tidak memiliki antigen rhesus
dinamakan rhesus negatif (Rh-). Sistem ini dikendalikan oleh gen
dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh.
Sistem ini berbeda dengan sistem
golongan ABO. Dimana individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh
dalam plasmanya.Sistem rhesus ini dalam tranfusi darah juga harus diperhatikan.
Apabila golongan darah Rh+ maka tidak boleh digunakan sebagia donor untuk
golongan darah Rh-, karena bisa terjadi aglutinasi (penggumpalan). Pada kasus
lain, jika seorang ibu yang memiliki golongan darah Rh- kemudian mengandung bayi
dengan golongan darah Rh+, maka sel darah bayi akan rusak dan menyebabkan
penyakit bawaan, yaitu penyakit kuning atau eritoblastosis fetalis (Sloane,
2003).
Menurut Sloane (2003) Aglutinogen
merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di sel darah
merah,tatapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testis,
dan semen. Aglutinogen dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Aglutinogen A yang memiliki enzim glikosil transferase
yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
2.
Aglutinogen B yang memiliki enzim galaktosa pada
rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinin adalah substansi yang menyebabkan
aglutinasi sel, misalnya antibodi.
Antibodi adalah protein
protein-protein globular yang dikodekan oleh gen-gen yang spesifik. Antibodi
juga dikenal sebagai imunoglobulin karena karakteristik globularnya, juga
karena keterkaitan dengan respons imun. Antibodi tersusun atas empat rantai
polipeptida (Fried dan Hademenos, 1999).
Menurut Basyir (2010),
Salah satu cara untuk menentukan jenis golongan darah manusia adalah dengan
menggunakan sistem A, B, dan O. Dilakukan dengan cara memberikan antiserum A
dan antiserum B pada sampel darah serta membandingkan keduanya. Misalnya, orang
dengan tipe darah A akan memiliki antigen pada permukaan sel darah merah
mereka. Akibatnya, anti-A antibodi tidak akan dihasilkan oleh mereka karena
mereka akan menyebabkan kerusakan darah mereka sendiri. Namun, jika darah tipe
B disuntikkan ke dalam sistem mereka, anti-B antibodi dalam plasma mereka akan
mengenalinya sebagai asing dan agglutinate meledak atau sel darah merah yang
diperkenalkan dalam rangka untuk membersihkan darah dari protein asing.
Bagi orang dengan
jenis darah O tidak menghasilkan antigen ABO. Oleh karena itu, darah mereka biasanya
tidak akan ditolak ketika ia diberikan kepada orang lain dengan berbagai tipe
ABO. Sebagai hasilnya, golongan darah O tidak mengalami proses aglutinasi dan
bersifat universal donor untuk transfusi, tapi mereka hanya dapat menerima
jenis darah O sendiri. Mereka yang memiliki tipe darah AB tidak membuat
antibodi ABO. Darah mereka tidak membedakan jenis darah ABO lainnya. Akibatnya,
mereka bersifat universal receiver untuk transfusi, tetapi darah mereka akan
agglutinated jika diberikan kepada orang lain dengan golongan darah yang
berbeda, karena mereka menghasilkan kedua jenis antigen. Pada Tabel 1 di bawah
diperlihatkan proses penggumpalan (aglutinasi) pada sampel darah dari tiap-tiap
antiserum (Basyir,2010).
Tabel 1. Proses penggumpalan (aglutinasi) darah (Sumber:
Basyir, 2010).
Golongan Darah
|
Serum
|
|
Anti A
|
Anti B
|
|
O
|
Tidak menggumpal
|
Tidak menggumpal
|
A
|
Menggumpal
|
Tidak menggumpal
|
B
|
Tidak menggumpal
|
Menggumpal
|
AB
|
Menggumpal
|
Menggumpal
|
Menurut
Sloane (2003), serum Anti- A dan Serum Anti-B yakni sebagai berikut:
1.
Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes
darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A).
2.
Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi pada tetes
darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B).
3.
Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan
aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan
darah AB).
4.
Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak menyebabkan
aglutinasi, individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
Reaksi aglutinasi adalah reaksi yang
terlihat sebagai reaksi penggumpalan darah yang berarti positif. Menguji darah
yang sama tidak akan terjadi aglutinasi bila dicampurkan dengan antibodi
antigen anti-B, yang menunjukan bukan golongan darah B (James dkk,2008).
Eritoblastosis fetalis merupakan
komplikasi hemolitik karena rhesus (Rh) isomunisasi, dimana ibu yang mengandung
mempunyai rhesus negatif, sedangkan suaminya mempunyai rhesus positif (Manuaba,
2000).
III.
METODE
PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan antara lain jarum lancet, autoclick, kertas uji, kapas, tusuk
gigi. Bahan-bahan yang digunakan antara lain darah, serum anti-A, serum anti-B
dan alkohol 70%.
B. Cara Kerja
Jari probandus dibersihkan dengan
kapas dan alkohol 70%, lalu jari probandus ditusuk dengan jarum lancet dalam
autoclick. Darah probandus ditetes pada kertas golongan darah, kemudian serum
anti-A dan serum anti-B diteteskan pada kertas golongan darah. Lalu, darah dan
serum Anti-A dan B diaduk hingga rata dengan tusuk gigi. Kemudian golongan
darah ditentukan.
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, diketahui golongan darah probandus sebagai berikut:
Tabel 1.
Penetapan golongan darah ABO
Probandus
|
Serum
|
Aglutinogen
|
Aglutinin
|
Golongan darah
|
|
Anti-A
|
Anti-B
|
||||
1
|
+
|
+
|
AB
|
-
|
AB
|
2
|
-
|
+
|
B
|
Α
|
B
|
3
|
+
|
+
|
A
|
Î’
|
A
|
4
|
-
|
-
|
-
|
α & β
|
O
|
5
|
-
|
-
|
-
|
α & β
|
O
|
6
|
+
|
-
|
A
|
Î’
|
A
|
7
|
-
|
+
|
B
|
Α
|
B
|
Keterangan: (+) menggumpal, (-) tidak menggumpal
Pada
praktikum digunakan sistem ABO, dimana probandus dari setiap kelompok
dibersihkan jarinya dengan kapas dan alkohol 70% agar membunuh kuman yang
mungkin terdapat pada jari probandus, sehingga tidak terjadi kontaminasi.
Kemudian, jari probandus ditusuk dengan jarum lancet yang sudah dimasukkan
delam autoclick. Penggunaan alat ini di gunakan untuk mempermudah dalam
mengeluarkan darah. Lalu darah probandus yang sudah keluar di teteskan pada
kertas uji, yang berfungsi untuk mengetahui golongan darah probandus.
Darah probandus yang telah
diteteskan pada kertas uji, diteteskan serum Anti A dan serum B, serum itu
berfungsi sebagai antibodi. Serum anti A dan B diteteskan dikertas uji tetapi
jangan menyatu dengan darah. Hal ini bertujuan agar aglutinasi tidak terjadi
terlalu cepat, sehingga lebih mudah diamati. Setelah itu, darah yang sudah di
teteskan serum anti A dan B di aduk dengan menggunakan tusuk gigi agar bila
aglutinasi terjadi, artinya ada reaksi imun dimana antibodi bereaksi. Setelah
darah terjadi aglutinasi catat golongan darah yang telah diketahui.
Pada darah probandus yang pertama
menggumpal dengan serum anti-A maupun serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan
bahwa probandus memiliki aglutinogen (antigen) A dan B tetapi tidak memiliki
aglutinini (antibodi), dan golongan darah probandus pertama adalah AB. Darah
probandus yang kedua dan ketujuh tidak menggumpal dengan serum anti-A, tetapi
menggumpal dengan serum anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus
memiliki aglutinogen (antigen) B dan memiliki aglutinini (antibodi) α, dan
golongan darah probandus kedua dan ketujuh adalah B.
Darah probandus yang ketiga dan
keenam menggumpal dengan serum anti-A, tetapi tidak menggumpal dengan serum
anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus memiliki aglutinogen
(antigen) A dan memiliki aglutinini (antibodi) β, dan golongan darah probandus
ketiga dan keenam adalah A. Darah probandus yang keempat dan kelima tidak
menggumpal dengan serum anti-A dan tidak menggumpal juga dengan serum
anti-B,sehingga dapat disimpulkan bahwa probandus tidak memiliki aglutinogen
(antigen) dan memiliki aglutinini
(antibodi) α dan β, dan golongan darah probandus keempat dan kelima adalah O.
Reaksi aglutinasi adalah reaksi yang
terlihat sebagai reaksi penggumpalan darah yang berarti positif. Menguji darah
yang sama tidak akan terjadi aglutinasi bila dicampurkan dengan antibodi
antigen anti-B, yang menunjukan bukan golongan darah B (James dkk,2008).
Menurut Guyton (1994),
dalam tubuh manusia ada 4 golongan darah yaitu sebagai berikut:
1. Golongan
darah A: hanya memiliki aglutinogen tipe A
2. Golongan
darah B: hanya memiliki aglutinogen tipe B
3. Golongan
darah AB: memiliki 2 aglutinogen yakni tipe A dan tipe B
4. Golongan
darah O: tidak memiliki aglitinogen baik tipe A maupun tipe B
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Golongan
darah A adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen (antigen) A dan
aglutinin (antibodi) B, serta dapat menggumpal dengan dengan anti serum-A.
Golongan darah B adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen (antigen) B
dan aglutinin (antigen) A, serta dapat menggumpal dengan serum anti-B. Golongan
darah AB adalah golongan darah yang
memiliki aglutinogen (antigen) baik A maupun B tetapi tidak memiliki
aglutinin (antibodi) A dan B serta dapat menggumpal dengan serum anti-A maupun
serum anti-B. Golongan darah O adalah golongan darah yang tidak memiliki
aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) serta tidak dapat menggumpal
dengan anti serum-A dan anti serum-B.
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, M. 2010. Penggunaan Sensor
Elektronik Untuk Penentuan Golongan Darah. Jurnal
Litek. 7 (2): 93-96
Campbell.
2003. Biologi. Edisi ke-5. Jilid III. Erlangga,
Jakarta.
Fried, G. H.,dan Hademenos, G. J.
1999. Schaum’s Outline Biologi. Edisi Ke-2.
Erlangga, Jakarta.
Guyton, A. C. 1994. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Edisi ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta.
James, J., Baker, C., dan Swain, H.
2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk
Keperwatan. Erlangga, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2000. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Geologi.
Edisi Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi Pemula. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Watterbury, L. 1998. Hematologi.
Edisi Ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Minggu, 07 Juni 2015
Teori Sel (The Application of Conjoined Twins)
I.
PENDAHULUAN
Biologi
sel adalah cabang ilmu biologi yang memperlajari tentang sel. Sedangkan sel
sendiri adalah kesatuan struktural dan fungsional makhluk hidup. Dengan adanya
kesatuan struktural dan fungsional sel ini beberapa ahli biologi banyak
memberikan teori-teori yang berhubungan dengan sel, yang didalamnya memberikan
pengamatan dan penelitian. Diantara penelitian para ahli ini mereka mengajukan
konsep bahwa makhluk hidup itu terdiri atas sel. Konsep yang diajukan tersebut
menunjukkan bahwa sel merupakan satuan struktural makhluk hidup.
Dengan
ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam teori teori sel yang diungkapkan
oleh beberapa para ahli yang selama ini sebagaian orang tidak mengetahuinya
serta untuk mengetahuitentang teori biologi sel (struktur dan fungsi sel) dan
juga mengetahui macam-macam sel berdasar keadaan inti dan juga mengetahui
macam-macam sel berdasarkan keadaan kromosom dan fungsinya.
Pengertian
Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil penyusun Mahluk Hidup.
Definisi tentang pengertian sel tersebut mungkin sedikit sukar untuk dipahami,
oleh karena itu definisi Sel dapat kita sederhanakan. Sel adalah satuan
terkecil penyusun Mahluk Hidup. Tubuh kita (manusia) terdiri dari beribu-ribu
atau bahkan berjuta sel-sel, begitu pula dengan Tumbuhan dan Hewan.
Sel
berasal dari bahasa Latin “cella ” yang berarti ruangan berukuran kecil. Maka
sel merupakan unit ( kesatuan zahra ) terkecil organisasi yang menjadi dasar
kehidupan dalam arti biologi. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di
dalam sel, karena itulah sel dapat berfungsi secara autonomy asalkan kebutuhan
hidupnya terpenuhi.Organime Multiseluler dan Organisme Uniseluler.
Dalam
teori sel itu sediri ada dua teori yang mendasari yaitu teori klasik dan teori
modern. Teori klasik mengatakan bahwa; semua organisme hidup itu disusun oleh
satu sel atau banyak sel, sel itu sendiri merupakan unit dasar dari kehidupan
dari suatu organisme, semua sel selalu berasal dari sel sebelumnya, sel
merupakan kesatuan struktutral, fisiologi, dan organisme dalam makhluk hidup,
sel mempertahankan keberadaan ganda pertama sebagai identitas yang berbeda dan
kedua adalah sebuah blok bangunan dalam membangun organisme.
Teori
modern hampir sama dengan teori klasik namun ada sedikit perbedaan. Teori
modernmenyatakan bahwa sel merupakan unit dasar dari struktur dan fungsi dalam
organisme hidup, semua sel berasal dari sel yang telah ada melalui proses
pembelahan sel, aliran energi (metabolisme genetik DNA) yang berpindah dari sel
ke sel selama proses pembelahan sel, pada dasarnya semua sel sama dengan
komposisi di dalam spesies yang serupa, semua makhluk hidup dibangun oleh satu
sel atau banyak sel, beberapa organisme yang terdiri dari hanya satu sel
dikenal sebagai organisme uniseluler, sedang kan organisme lainnya bersifat multiseluler,
yang terdiri dari jumlah sel, kegiatan organisme tergantung pada total
aktivitas sel secara independen.
Teori – teori sel
menurut beberapa para ahli:
1. Menurut
Robert Hooke ((1665), meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop. Robert Hooke
melihat bahwa sayatan gabus tersebut tersusun atas ruangan-ruangan kecil. Hooke
memberi nama ruangan-ruangan kecil tersebut dengan nama sel.
2. Menurut
Felix Dujardin (1835), ahli biologi berkebangsaan Prancis, menemukan bahwa
banyak mikroorganisme yang tersusun atas satu sel saja. Dujardin juga mengamati
bahwa bahan atau substansi dari semua sel hidup adalah sama.
3. Menurut
Matthias Jakob Schleiden
dan Theodor Schwann (1838), menyatakan bahwa semua tumbuhan
tersusun atas sel-sel.Shcleiden dan Schwan kemudian menduga bahwa sel adalah
komponen dasar dari seluruh makhluk hidup.
4. Rudolf
Virchow (1858), seorang ahli biologi
dari Jerman mengemukakan teori bahwa semua sel berasal dari sel lainnya melalui
proses pembelahan.
5. Menurut
Rene Joachim Henri Dutroche (1776), bahwa sel bukan hanya unit struktural
tetapi juga fisiologis. Henri Dutrochet juga mengemukakan Seluruh jaringan
organik adalah sel bulat kecil yang disatukan oleh kekuatan adesif sedarhana.
Dengan demikian, jaringan adalah kumpulan sel yang mengalami modifikasi.
6. Menurut
Max Schultze (1825) Ia menegaskan bahwa protoplasma merupakan dasar-dasar fisik
kehidupan. Protoplasma merupakan tempat terjadinya proses hidup. sel merupakan
kesatuan fungsional
II.
PEMBELAHAN
SEL
Pembelahan
sel adalah suatu proses yang membagi satu sel induk menjadi dua atau lebih sel
anak.Pembelahan sel biasanya merupakan bagian kecil dari suatu siklus sel yang
lebih besar. Pembelahan sel ada dua yaitu sebagai berikut:
a. Pembelahan
sel secara sempurna
1. Mitosis
Proses pembelahan sel
ini terjadi pada kebanyakan sel tubuh. Dalam mitosis 2 sel anak yang secara
genetik identik dihasilkan dari satu sel induk tunggal. Sebelum pembelahan sel,
replikasi DNA telah terjadi sehingga ada DNA jumlah ganda dan kromosom
mengandung dua kromatid saudara identik. Mitosis dibagi menjadi beberapa tahap.
Profase ditandai oleh pembentukkan spiral benang kromosom menjadi kumparan
untuk membentuk kromosom yang dapat diidentifikasi secara mikroskopik: membran
inti dan nukleolus menghilang dan benang mitosis terbentuk kumparan. Pada
metafase, kromosom mendapat dan nampak jelas sebagai struktur tersendiri.
Sentromer kromosom menempel pada pipamikro kumparan mitosis dan kromosom lurus
di tengah sel sepanjang kumpran tersebut. Anafase ditandai oleh pembelahan
kromosom sepanjang sumbu longitudinalnya membentuk 2 kromatid anakan dan
perpindahan setiap kromatid pasangan menuju ujung sel yang berlawanan. Tolofase
yang mengakhiri mitosis, ditandai oleh pembentukkan kembali membran inti dam
nukleolus, dan duplikasi sentriolus serta pembelahan sitoplasma membentuk 2 sel
anakan.
2. Meosis
Meiosis terjadi melalui
2 tahap yaitu meosis I dan Meosis II. Tahap meisosis I terdiri atas profase I,
metafase I, anafase I, dan telofase I.Tahap meisosis II terdiri atas profase
II, metafase II, anafase II, dan telofase II. Pembelahan sel meskipun tahap
meiosis mirip dengan mitosis, terdapat perbedaan besar pada perilaku kromosom
dalam kedua proses tersebut. Dua tahap pembelahan meiosis menghasilkan empat
sel haploid dari satu sel diploid. Pada pembelahan meisosis I terjadi pemisahan
kromosom homolog ke dalam dua sel anak. Pembelahan meiosis II tidak diikuti
oleh fase S pada interfase sehingga replikasi DNA dan duplikasi kromosom tidak
terjadi pada kedua sel anak.
b. Pembelahan
tidak sempurna
Pembelahan tidak sempurna
contohnya pada bayi kembar siam. Kembar siam adalah keadaan anak kembar di mana
tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik
gagal terpisah secara sempurna. Kembar siam merupakan bentuk paling langka dari
kembar lainnya, di perkirakan 1:200 dari kehamilan identik dan selalu identik.
Kemungkinan untuk bertahan hidup serta tumbuh sangat sedikit karena kembar siam
ini resiko nya sangat tinggi. Diagnois dini serta USG sangat berperan penting
dalam hal ini.
Kembar siam di
kalsifikasikan kedalam beberapa jenis yaitu:
·
Thorax ( thoracopagus ) merupakan dimana kedua tubuhnya menyatu di bagian
dada.
·
Omphalopagus
merupakan dimana kedua tubuh menyatu di bagian perut.
Pygopagus yang merupakan dimana kedua
tubuh menyatu di bagian bokong atau pantat si bayi.
·
Ischiopagus
merupakan dimana kedua tubuh bayi menyatu di bagian pelvin dan hanya memiliki
satu organ kelamin.
·
Cephalopagus
merupakan dimana kedua tubuh bayi menyatu di bagian tengkorak, biasanya di tipe
ini ada bayi yang satu badan dan memiliki 2 kepala, dua badan dan hanya
memiliki 1 tengkorak dan saling menyatu.
·
Rachipagus
merupakan diaman kedua tubuh menyatu di bagian punggung.
Jenis
kembar siam yang sering terjadi adalah thoracopagus dimana 19 % dari jenis lain
sering terjadi. Tingkat kelangsungan hidup secara
keseluruhan untuk kembar siam adalah sekitar 25 % dan sering terjadi pada jenis
kelamin perempuan dengan perbandingan 3:1 , Dua teori telah diusulkan untuk
menjelaskan pengamatan ini : proses X - inaktivasi tumpang tindih dengan waktu
kembar monozigot dan dengan demikian dapat langsung berkontribusi pada
pengembangan kembar monozigot , dan kariotipe XX dapat memberikan manfaat
kelangsungan hidup. Dua teori yaitu; teori tradisional fisi dan teori fusi.
Teori tradisional fisi mengatakan;di mana telur yang telah dibuahi membelah
sebagian dan kembar siam mewakili tertunda pemisahan massa embrio setelah hari
12 pembuahan. Teori Fusi mengatakan; kembar siam terjadi setelah sel telur
dibuahi dan terbagi menjadi 2. Ketika dua baru dipisahkan embrio kemudian
berada di dekat satu sama lain, dan menempel pada sel lain dari jenis yang sama.
Ada beberapa penyebab terjadinya kembar siam sebagai berikut:
1.
Pada pembelahan pertama: diamnionik
dimana rahim memiliki dua selaput ketuban, sedangkan dikorionik dimana rahim
memiliki dua plasenta.
2.
pada pembelahan kedua,
selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi
ini, bisa saja salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya
tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat
3.
pada pembelahan ketiga,
selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya satu, tapi bayi masih membelah
dengan baik.
4.
Pada pembelahan keempat,
rahim hanya memiliki 1 plasenta dan 1 selaput ketuban, kemungkinan terjadinya
kembar siam cukup besar. Karena waktu pembelahannya terlalu lama, sel telur
menjadi berdempet. Jadi, kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari.
Gambar 1. Kembar siam ( Pygoagus
dan Ischiopagus).
Gambar 2. Kembar siam (Thoracopagus,
Omphalopagus dan Rachiopagus).
Gambar 3. Kembar siam ( Thoracopagus).
Menurut seorang bidan ahli kandungan mengatakan ada beberapa
tips mencegah kembar siam sebagai berikut:
1.
Cobalah
Untuk Menghindari Obat-Obatan
Apabila
seorang ibu hamil tidak memiliki keturunan kembar tetapi berkeinginan memiliki
anak kembar, coba lah untuk menghindari obat obatan serta jamu-jamu tradisional
karena hal tersebut dapat menyebabkan zigot didalam rahim gagal membelah dengan
sempurna. Sebaiknya konsultasi terlebih dahulu ke dokter ahli kandungan.
2.
Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Saat
Kehamilan
Tentu
saja sebagai ibu hamil, seorang harus memenuhi kebutuhan nutrisi si janin agar
dapat bertumbuh dengan baik, seperti mengomsumsi makanan yang sehat dan banyak
kandungan gizi. Karena kesehatan sang janin sangatlah penting.
3.
Cobalah
Untuk Kenal Dan Peka Dengan Tanda Kehamilan
8 dari 10
wanita hamil tidak mengenali tanda tanda kehamilan, sehingga mereka dengan
mudah mengomsumsi obat obatan yang tidak baik untuk perkembangan sang janin,
dan alangkah lebih baik konsultasi terlebih dahulu.
III.
PENUTUP
Dari
pembahasan diatas tentang teori sel serta aplikasi dalam bayi kembar siam (conjoined
twins) dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Kembar
siam merupakan jenis yang sangat langka dalam kembar lainya dengan perbandingan
1:200 dari kehamilan yang terjadi, dengan kategori bayi kembar dari yang
lainnya kembar siam sangat beresiko tinggi karena untuk bertahan hidup dan
tumbuh sangat minim.
2.
klasifikasi
kembar siam adalah; thorax (thoracopagus), perut (omphalopagus) , sakrum (pygopagus),
pelvis (ischiopagus), tengkorak (cephalopagus), dan punggung (rachipagus)
3.
pemisahan
pada bayi kembar siam atau operasi untuk tetap tumbuh dan hidup dapat saja
berlangsung dengan baik bahkan dapat di tentukan kedua bayi itu selamat tetapi
dilihat jenis kembar siam tersebut. Kalau kembar siam jenis Cephalopagus dan
Ischiopagus tentu saja sangat beresiko tinggi di karenakan keduanya memiliki
organ yang bergabung menjadi satu. Seandainya dilakukan operasi harus di
relakan antara salah satunya, bahkan bisa saja keduanya tidak selamat.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Yuwono, T. 2008.
Biologi Molekuler. Erlangga, Jakarta.
Arvin, K.
Behrman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Penerbit Buku
Kedokteran
EGC, Jakarta.
Throcopagus
Conjoined Twins: A Case Report. 2008. Surg, C. Rearch Journals About
Conjoined
Twins. 35
(5): 45-62
Manuaba, G. B.
Ida. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)